Sepermiliar Serpihan Surga: Catatan Perjalanan Di Atas awan (1)

Gunung Sindoro terlihat dari puncak sidakiang
Saya ingat betul cerita Bapak Uhen Ruhenda (Baca : Internote) yang mengisahkan tentang desa tertinggi di pulau jawa. Perasaan saya saat itu adalah tak terbayangkan, tak ada niatan untuk mengetahui apalagi mengunjungi. Saya hanya mendengarkan saja, bahwa desa itu memiliki sistem pengairan yang luar biasa. Ternyata, Tuhan hanya membutuhkan waktu 15 Bulan sejak pak uhen menceritakan desa itu, sampai saya benar-benar mengunjunginya.




Numpang acara keluarga orang

Adalah lugas, teman saya di tempat kerja. Ia disuruh oleh orang tuanya untuk menengok neneknya di wonosobo. Rencana ini sebenarnya dadakan, namun kebetulan minggu ini ( 1 s.d 3 Mei 2015) adalah long weekend. Lugas pun mengajak saya ke wonosobo. Tentu saya tidak terlalu antusias, jika ke wonosobo hanyalah selubung untuk ke tujuan yang sebenarnya : Dieng.

Lingkungan rumah nenek lugas. (Dan bodohnya saya tidak sempat memfoto rumah nenek lugas dari luar)

Akhirnya, saya memutuskan ikut. Dan kita berangkat pada hari kamis, 30 April 2015 sore. Bis yang kami gunakan adalah Sinar Jaya,marena satu-satunya bis jurusan Bogor-Wonosobo hanyalah itu. Dengan ongkos 107.000 rupiah per kursi, kami menuju wonosobo. Menurut pengalaman lugas, perjalanan diperkirakan memakan waktu 12 jam. Sehingga, kami akan sampai di tempat nenek lugas, pada hari jumat subuh.

Lugas (membelakangi kamera) mengajak saya mengelilingi wonosobo. Jalan yang menanjak ini , konon sering ia tempuh saat SD untuk menuju tempat sekolahnya.

Rumah nenek lugas.


Wonosobo Asri : Kota yang sesuai dengan julukannya.


Salah satu landmark wonosobo di pusat pemerintahan.
Tugu Adipura, Wonosobo mendapat penghargaan kota kecil terbersih pada sekitar tahun 60-an.

Wonosobo memang benar-benar kota yang teratur dan bersih. Walau tetap saja ada beberapa oknum masyarakat yang suka membuang sampah sembarangan. Alun-alunnya pun luar biasa bagus. Dan kebetulan, di alun-alun itu ada sepeda dual. Cukup merogoh kocek 10.000 rupiah, kita diizinkan untuk mengelilingi alun-alun 3 putaran.
Mengelilingi alun-alun dengan sepeda dual.

Sayang rasanya jika tak saya dkumentasikan. Maka, sambil bersepeda, saya dokumentasikan seputaran alun-alun melalui video di bawah ini:





Hari itu kebetulan hari jumat. Sehingga kami langsung salat jumat di masjid agung wonosobo. Masjid dengan gaya khas jawa ini luasnya hampir serupa dengan masjid Al-Hurriyah IPB.

Masjid Agung Wonosobo

Setelah jalan-jalan sebentar dan jumatan, satu lagi agenda yang saya tunggu-tunggu:KULINER! Ya, perut yang agak menggerutu ini sacnning tempat kuliner di sekitaran alun-alun. Ada satu yang belum saya coba, sate jamur. Harganya 8000 rupiah dan enak!

Penjual Sate Jamur
Setelah itu, kami pun menuju satu lagi tempat kuliner wajib kalau ke wonosobo: Mie Ongklok. Mie Ongklok yang terkenal adalah mie ongklok lokrang. Harganya 9000 untuk mie Ongklok dan 5000 untuk 5 buah sate sapi.



Mie Ongklok Lokrag

Ya, selesai sudah perjalanan di wonosobonya. Kami pun kembali ke rumah nenek lugas untuk siap-siap berangkat ke Dieng. Tunggu part-2 nya!


Komentar

Anonim mengatakan…
di ruang tamu itu gue gantian nge PES sama lugas
tuh mesjid gue tau tuh wkwkwkwk
Kangkiko mengatakan…
hahaha iya ki. Lu seminggu ya ki?

Postingan populer dari blog ini

OST Doraemon - Legend of The Sun King

Siapa eisuke hondo?

QR Code (Kode QR)